cerita pendek 1

 cerpen doang gess, jan dianggap serius ygy πŸ˜—πŸ–πŸ»

selamat membacaa ~πŸͺ~


Mengingatnya lagi

"giana, mau kemana kamu? malam-malam begini sudah rapih" 

kata mama dengan lembut, namun ditelinga ku itu seperti sindiran yang membuatku menjadi kesal dibuatnya. 

"mau kemana saja juga bukan urusan mama" kataku ketus. 

aku berjalan mendekati pintu menghiraukan mama yang hendak melayangkan pertanyaannya lagi. 

ceklek

"giana! ga sopan kamu bicara seperti itu pada mama mu sendiri" 

ku dengar langkah kaki mendekat dari belakang, belum sempat membuka pintu mama menahan tanganku. 

"cepat minta maaf!" 

aku menoleh ke arahnya, berdecak sebal didepannya yang sedikit emosi.  

"apaan sih ma, ga mau ah. aku ga salah apa-apa" 

"udah berani kamu, mama tanya baik-baik kamu jawab nya seperti itu. itu salah giana, kayak ga pernah diajarin orang tua aja" 

aku menghiraukan ocehannya, melirik jam di layar ponsel ku. 

"udah dulu ya ma, udah ditunggu temanku nih" 

"bye!" 

aku segera berlari menuju tempat motor matic ku tersimpan, meninggalkan mama yang berteriak memanggil ku di depan pintu sana. 

aku menaiki motor matic itu dan segera pergi dari sana. motor matic ku mulai melaju, membelah jalanan kota yang ramai kendaraan. 

••••

seperti janji yang telah disepakati, aku dan teman teman bertemu di

time's cafe sebuah cafe yang lumayan jauh dari rumahku.

aku butuh hiburan, terlalu membosankan untuk diam dirumah mendengar ocehan mama yang semakin hari semakin membuat kepalaku pusing. sekaligus merayakan ulang tahunku yang ke 17 tahun ini. 

aku menunggu dengan antusias, dengan senyum yang senantiasa merekah di wajahku. sepuluh sampai dua puluh menit aku menunggu mereka yang tak kunjung datang satu pun. 

aku sudah kesal, dan tak henti-henti aku melirik jam dilayar ponsel ku sambil berdecak kesal. 

"kemana teman-teman ku ini" gumamku.

aku berniat menanyakan keberadaan mereka lewat room chat yang ternyata sudah penuh dengan ungkapan "happy birthday giana" namun disertai dengan kata ungkapan permohonan maaf tidak bisa datang ke sini, tak hanya seorang. bahkan ketiga temanku pun berkata demikian. 

aku kesal setengah mati dibuatnya, aku memutuskan untuk pulang karena terlaku lelah. aku berharap mama sudah tidur, karena aku terlalu kesal dan lelah mendengar ocehannya. namun sayangnya nasib buruk masih menimpaku di malam ulang tahunku ini. 

mama, terduduk disana dengan mata kantuknya itu, memegang majalah fashion yang sedang dibacanya. aku melintasi nya begitu saja tanpa meliriknya sedikitpun. 

"gimana pesta nya? seru engga?" 

tanya mama menghentiakan langkahku yang hendak menaiki tangga. 

"ck, mama diem deh! aku capek tau!" bentakku kepadanya. salah mama sendiri, aku sedang kesal malah di ajak bicara. 

"mama cuma nanya, kenapa jawabnya gitu sih" 

"mama aku capek!" 

aku hendak menaiki anak tangga dan mendengar mama bergerutu pelan. 

"mau berangkat, marah. pulang, marah. salah apa aku sampe punya anak seperti ini"

aku terlanjur kesal, berbalik dan menghampirinya. aku menghempaskan majalah yang di pegangnya. 

"mama bisa diem ga sih, aku lagi capek. mama malah bikin aku tambah emosi" 

ku lihat mama bangkit berdiri, mengelus punggung pelan. 

"yaudah, iya mama minta maaf. gih kamu makan dulu, mama udah masak tuh" 

aku menghempaskan lengannya, kenapa ga daritadi untuk menawariku makan, kenapa harus membuatku emosi terlebih dahulu hingga membuatku terlalu malas untuk sekedar makan.aku segera menaiki beberapa anak tangga untuk pergi ke kamarku. 

aku tak benar-benar memasuki kamar, aku menengok ke bawah, menatap mama yang menatap miris meja makan yang penuh dengan masakan yang ia buat untuk ku. 

samar-samar ku dengar

"sepertinya dia sudah lupa akan janjinya kepada mu, andra" 


aku tak dapat berkata lagi, aku segera memasuki kamar dan menutupnya rapat.

••••

Aku memasuki kamar dengan terburu-buru hingga menabrak ujung meja, membuat sebuah figura foto yang berada disana terjatuh dan pecah bersama kaca didalamnya. 

aku berdecak kesal, namun kekesalan itu segera sirna ketika aku mengambil foto tersebut dan membersihkan serpihan kacanya. 

melihat foto itu aku kembali teringat akan seseorang. aku mengelus foto yang sedikit usang itu. isi kepala ku berputar, pikiranku seakan kembali ke masa lalu....


dulu...2 tahun yang lalu,

aku memiliki seorang ayah yang sangat aku sayangi, ayah andra namanya. ayah yang sebenarnya bukan ayah biologis ku. 


ayah sambung yang aku anggap seperti ayahku sendiri. ayah sangat menyayangi ku, itu yang membuatku menyayangi nya juga. 


dia baik, dan bijaksana. dia yang selalu menengahi ketika aku dan mama bertengkar. 

entah mengapa, sejak kecil aku dan mama sering saja bertengkar. menurut ku mama sangat menyebalkan dan mungkin menurut mama aku juga sama menyebalkannya. 


ayah berkata kepadaku untuk selalu menyayangi mama, "bagaimana pun dia mama mu" katanya dengan lembut. 


aku tak bisa menahan air mata tak kala kenangan itu kembali berputar di atas kepalaku. suaranya, suara ayah terdengar seperti nyata dia seakan berada disini, disampingku


....


sayangnya, setelah 2 tahun aku mendapat kasih sayang dari ayah, ayah harus pergi meninggalkan ku. 


ternyata tuhan lebih menyayangi ayah andra. tuhan mengambil nya terlebih dahulu sebelum aku merasakan keluarga seutuhnya barang lima tahun saja. 


ayah sakit jantung, dan beliau tidak pernah memberi tahu ku. aku yakin mama tahu, tapi mengapa mama tak ingin berbagi informasi sepenting itu. 


hingga akhirnya, ayah benar-benar pergi meninggalkan ku dan mama. 


"andra santoso dinyatakan meninggal dunia di usia 52 tahun karena penyakit jantung yang di deritanya". 


kalimat itu berputar di kepalaku. akhirnya pertahanan ku roboh juga, aku menangis kencang di kamar. 


"ayah! hiks..

"ayah..." 

teriakku tak karuan.


setelahnya aku tak dapat melihat dengan jelas, samar -samar ku lihat mama datang dan histeris melihatku yang tergeletak pingsan.


....

setelah ayah dinyatakan meninggal dunia, aku tak henti-hentinya menangis hingga mataku membengkak. tak cukup satu-tiga hari, di satu Minggu setelahnya pun aku masih terus-terusan menangis dengan mengunci diri didalam kamar. 

kondisiku kacau, pikiranku kacau, keadaan kamar pun tak kalah kacau nya. aku tak berniat membersihkan nya sama sekali. 

aku masih sangat terpukul akan kejadian itu, aku sakit hati, aku tak rela ayah pergi, aku masih ingin bersamanya. 'Tuhan dapatkah dia kembali kepada ku' 

sekitar setengah tahun aku putus sekolah karena kesedihan ku yang tak berujung. sampai mama membawa ku ke psikiater untuk mengecek keadaan mentalku. 

setelah beberapa kali terapi akhirnya aku sembuh, sedih itu masih ada namun kini aku mengerti tak semua yang hidup akan selalu bersama kita, aku telah merelakan nya. aku rela ayah pergi dari dunia fana ini, karena suatu saat kita akan bertemu kembali di kehidupan abadi.


••••

ceklek


"mama..." 

lirihku pelan ketika melihat mama memasuki ruang rawat ku. dia menghampiriku dan aku segera memeluknya erat. 

"maa, aku kangen ayah." 

"iya nanti kita berziarah ya, sekarang kamu sembuh dulu. ayah pasti sedih kalo liat kamu sakit begini" 

aku mengangguk pelan seraya melepas pelukan itu. 

kulihat mama mengeluarkan sesuatu dari balik tasnya. itu secarik kertas bersama foto usang di sampingnya. 

mama menyerahkan nya kepada ku, aku bingung sekaligus penasaran akan isi didalamnya. sebelum membukanya aku menoleh ke arah mama yang mengangguk. 

aku membuka nya, surat tangan ayah andra. surat yang ia tulis 2 tahun lalu. 

aku hendak menangis tetapi mama mengelus punggung ku dengan lembut. 

"baca dengan pelan, tanpa air mata" katanya. 


aku menurut, berusaha kuat membaca secarik surat itu tanpa air mata sedikit pun. 


"putri ku, giana andara. maafkan ayah yang terlebih dahulu pergi meninggalkan mu. ayah minta maaf untuk semua mimpi yang kamu harapkan akan terwujud bersama ayah disana. tuhan telah memanggil ayah, gia. ayah harus pergi. tapi ayah tak ingin pergi, itu sebabnya ayah menulis surat ini. terimakasih giana, telah mengisi hidup ayah selama satu tahun ini. kenangan singkat antara kamu, ayah dan mamamu akan selalu ayah kenang sampai selamanya. terimakasih telah menyayangi ayah begitu dalam, meski ayah bukan ayah kandung mu. tapi ingatlah ini giana. 

"sayangmu kepada ayah harus tak lebih besar dari sayangmu kepada mama mu. karena bagaimana pun dia adalah mama mu" 

ayah hanya ingin kamu menjadi anak yang berbakti kepada mama mu setelah ayah tiada. ayah harap kalian tidak terus-terusan bertengkar hanya karena hal kecil. sayangi mama mu, seperti kamu menyayangi dirimu sendiri. jangan terlalu larut dalam kesedihan hanya karena ketidakadaannya ayah, ayah sudah tenang disana. kamu baik-baik sama mama, jangan pernah kamu menyakiti nya lagi, okeyy sayang?. ayah pamit dulu ya, semoga suatu saat kita dapat bertemu lagi. 


tertanda ayah andra

untuk putriku giana.


kemudian aku mengambil foto usang itu, foto ayah, mama dan aku. 

aku tak bisa untuk tidak menangis lagi, mama segera memeluk ku ketika melihat ku hendak mengeluarkan air mata lagi. 


"mama, gia minta maaf"

kurasakan anggukan di bahuku, mama mengangguk, aku yakin mama pun tak kuat menahan tangisnya.

••••

semua yang datang pasti akan pergi,  

setiap yang hidup pasti akan mati, 

tak akan ada yang abadi, 


~End~


selesai sudah gess, ending nya agak gj sih cuma ya emang gini ceritanya, buat yang ngerasa ini singkat banget ya mon maaf saya masih pemula. 

tapi jujur ini real cerita bikin aku, no copy-copy. thanks you for reading πŸ€“πŸ–πŸ»










woii lahπŸ‘ŠπŸ» setelah aku baca lagi kok gini banget ceritanya yaa,,,ini cerpen atau apa bjirr. tapi gapapa lah, nanti kapan-kapan aku revisi lagi. byeeeπŸͺ


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

puisi 1

•| FAtaMORGAna |•